BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
Peduli kesehatan dan back to nature,
ternyata mampu meningkatkan permintaan sayuran organik. Tingginya
permintaan ini banyak datang dari kalangan menengah atas yang memilih
sayuran organik daripada sayuran anorganik. kondisi demikian dikatakan
Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Dr. Zaenal Soedjais
menjadi sebuah peluang usaha sangat bagus untuk dikembangkan. Bukan
hanya petani sayuran organik yang mengalami lonjakan permintaan,
produsen pupuk dan pestisida organik, penjual bibit hingga pedagang
eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa. Apalagi permintaan
sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani
sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi
masalahnya, kata Soedjais untuk memenuhi permintaan di dalam negeri
saja petani sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara
orientasi pasar ekspor dilupakan.
Dakuinya, target pasar yang memungkinkan
saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket
biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih
terbatas, maka banyak petani ber-partner dengan supplier
sayuran organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, sayuran organik
yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
Menurut Soedjais, inti budidaya organik
yakni budidaya yang bebas dari residu bahan anorganik (kimia) mulai dari
pembukaan lahan, pemupukan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
penggunaan pestisida sampai penanganan pasca panen. Pakar Hortikultura
Dr.Ir Anas D Susila, MSi sekaligus Kepala University Farm mengatakan
budidaya sayuran organik yang paling menguntungkan adalah sayuran daun (leave vegetable)
daripada sayuran buah. Pasalnya, teknik pemeliharaan sayuran daun lebih
mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran
produksinya cepat. Hal inipun diakui Santoso Kurniawan, pemilik Pa Tani
Organik yang menanam berbagai sayuran daun di Desa Cibeureum Bogor, Jawa
Barat. “Budidaya sayuran daun hanya perlu waktu 3 minggu sudah bisa
dipanen sehingga perputaran usaha lebih cepat,” papar Putro. Sedangkan
sayuran buah hanya bisa tumbuh dengan baik dilahan tertentu karena
memerlukan unsur hara lebih tinggi. Lahan demikian biasanya ditemui
didataran tinggi seperti kawasan Puncak Bogor, Lembang Bandung, serta
Malang Jawa Timur.
Bisa Dilahan Sempit
Menurut Anas, pada dasarnya berbudidaya
sayuran organik bisa dilakukan dimana saja asalkan tanahnya subur.
Sayuran seperti bayam, sawi, katuk, pak choy, caisim, selada, kangkung
dan kemangi adalah sayuran paling menguntungkan jika dibudidaya.
Menariknya lagi, budidaya sayuran pun bisa dilakukan dilahan sempit
seperti pekarangan yang berukuran tidak begitu luas. Namun jika untuk
skala usaha lahan seluas 1 hektar masih kategori sempit.
Budidaya sayuran organik dilahan sempit
pun bisa dilakukan ibu-ibu rumah tangga hanya dipekarangan rumah.
Sayuran musiman yang bisa cepat panen seperti bayam, kangkung, selada,
pakcoy, caisim bisa jadi pilihan. Jika tak mau repot mengolah lahan,
penanaman sayuran organik bisa ditanam dalam polybag, kaleng
bekas, baskom atau ember yang disusun berjejer di rak bertingkat yang
terbuat dari kayu. Dengan media tanam campuran tanah dan kompos 1:1
serta penyiraman 2 kali sehari, sayuran tersebut bisa dipanen dalam
waktu 3 minggu. Untuk mendapatkan bibit sauyuran organik ini bisa
diperoleh di petani sayuran organik, toko pertanian, atau menyemainya
sendiri.
Harga 3 Kali Lipat
Besarnya permintaan sayuran organik
menyebabkan harga sayuran ini jauh lebih tinggi. Harganya bisa 3 kali
lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga komoditi sayuran anorganik.
Hal itu diungkapkan Soedjais, dan dibenarkan Tri Judadmadji pemilik Agro
Lestari Organik. Kendati sejak mengubah haluan menjadi petani sayuran
organik, produksinya menurun 30-40% namun biaya produksinya berupa
pembelian pupuk dan pestisida juga menurun 30-40%. Tak pelak keuntungan
yang Ia peroleh cukup besar lantaran harga jual sayuran organik bisa 3
kali lipat. Misalnya saja buncis anorganik dijual dengan harga
Rp.2.500/kg sedangkan organik Rp.7.500 – 8.000/kg.
Untuk memperoleh keuntungan lebih besar, cara berikut bisa diterapkan. Pertama, pilih sayuran yang cepat panen misalnya sayuran baby (baby caisim, baby pak choy) yang hanya berumur 1 minggu. Kedua, pupuk dan pestisida sebaiknya dibuat sendiri. Ketiga, pilihlah sayuran kualitas baik dan lalu diberikan dan dikemas denga packaging yang menarik lengkap dengan label produk dan barcode-nya.
Yang perlu diingatsetiap proses produksi dilaksanakan benar-benar
secara organik. Karena tak jarang konsumen, supplier atau supermarket
berani bayar tinggi tidak hanya melihat hasil produknya tetapi juga
melihat proses produksinya.
Kendala Usaha
Kendati usaha sayuran organik sangat
menguntungkan namun bukan berarti tanpa kendala. Menurut Tri, serangan
hama penyakit sering mengurangi jumlah produksi. Untuk itu penggunaan
pertisida organik juga mampu mencegah serangan penyakit seperti ulat,
kepik, atau kutu. Selain itu bisa juga mencegah serangan hama
menggunakan screen/kelambu untuk menghalau hama.
Sementara itu apabila pengolahan tanah
dilakukan secara organik biasanya tanaman jarang terkena serangan hama.
Tanah harus digemburkan dan diberi kompos yang terbuat dari kotoran
hewan da rerumputan yang dicampur dan didiamkan selama 2 bulan. Namun
untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan bakteri (EM4).
Teknologi ini merupakan teknologi terbaru dibidang pertanian dengan
proses dekomposisi selama composting oleh bakteri seperti Aktinomycesnaeslundii, Lactobacillus species delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, ragi dan jamur serta Cellulolytic Bacillus. Sementara itu ada pula mikroorganisme Mikoriza yang membantu pengikatan unsur hara agara tanaman lebih banyak menyerap unsur hara.
Selain menyemprotkan pestisida alami buatan Ia memakai sistem cropping tanaman
yakni 1 lahan tanah ditanami lebih dari 1 jenis sayuran. Namun untuk
menjaga kesuburan tanah, akan lebih baik bila dilakukan pola rotasi
penanaman. Misalnya dari 1 bedeng ditanami caisim setelah panen kemudian
ditanami bayam, kemudian kangkung dan terong dan seterusnya.
Jika petani mampu menerapkan pertanian
organik sepenuhnya, dan mengatasi kendala yang bisa menghalangi
perkembangan usaha, dari usaha bididaya sayuran organik ini bisa
menghasilakan 0mset hingga Rp.10 juta dengan tingkat keuntungan lebih
dari 50%. Kabar baiknyausaha ini bisa kembali modal dalam waktu 1 bulan
terutama untuk budidaya sayuran daun. Menarik bukan ?
0 komentar:
Posting Komentar