Senin, 25 Juli 2011

BEBERAPA HAL YANG MEMPENGGARUHI PETANI

Diskusi yang jurnalistik investigasi pupuk ini berawal dari pembahasan teman-teman dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Yogyakarta. Setelah melakukan perbincangan singkat akhirnya menyimpulkan membutuhkan sebuah diskusi yang lebih luas tentang pupuk. Kelanjutannya adalah mengundang teman-teman wartawan dan juga jurnalis kampus (Pers Mahasiswa) sebagai peserta diskusinya untuk menambah wacana yang akan berkembang.
Diskusi ini dimulai pukul 20.00 di Markas besar AJI Yogyakarta. Pematik diskusi ini adalah TO. Suprapto dari IPPHTI (Ikatan Petani Pengendali Hama Tani Indonesia), beliau menjabat sebagai Ketua Umum Nasional. Bukan hanya berpartisipasi dalam organisasi tani, namun beliau juga memiliki tempat pelatihan, riset, dan pemberdayaan bagi para petani, Joglo Tani. Joglo Tani ternyata memiliki kepanjangan yang cukup menarik ‘Ojo Gelo Tani’, artinya adalah ‘Jangan Malu Bertani’.
Suprapto sebagai pematik diskusi ini mampu memaparkan apa-apa saja yang menjadi permasalahan petani. Menurut beliau ada 6 tekanan yang dialami oleh petani.
1. Tekanan Ekonomi
Mengapa begitu? Sebab saat petani ingin membeli bibit, pupuk, dan pembasmi hama harga selalu ditentukan oleh penjual (sistem perdagangan berlaku), sedangkan saat panen tiba harga gabah yang akan dijual ditentukan oleh para pembeli (sistem perdagangan tidak berlaku). Dengan kasus semacam ini berarti penindasan petani.
2.Tekanan Alam
Alam menjadi suatu hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Tanah, air, dan udara yang menjadi sumber untuk melakukan pertanian kini sudah tercemar. Mulai dari kontaminasi tanah melalui penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan, yang menyebabkan kecanduan dan kehilangan unsur haranya.
3. Tekanan Budaya
Budaya gotong royong sudah mulai hilang dari muka Indonesia. Sebelum adanya kebudayaan yang memanjakan manusia mereka selalu melakukan secara bersama-sama, namun saat ini semua merasa mampu melaksanakan sendiri. Jika demikian adanya maka komunikasi antar petani akan semakin renggang dan akhirnya hilang. Komunikasi menjadi sebuah kesuksesan dari para petani agar tidak diperbudak oleh oknum-oknum.
4. Tekanan Sosial
Menjadi sangat mengkhawatirkan sebab saat ini jarang petani yang mengakui bahwa dirinya petani, sebab petani selalu dianggap sebagai pekerjaan yang sangat rendah. Pada masa orde baru petani menjadi sebuah pekerjaan yang sangat menjanjikan, namun saat ini menjadi momok bagi para keluarga. Keturunan petani jarang sekali yang ingin menjadi petani, mungkin jika sudah terdesak (kepepet). Jika begitu adanya maka siapa yang akan menanam padi untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia.
5. Tekanan Global
Globalisasi sangat amat memperhatikan bagi para petani. Mengapa hal ini dapat menjadi tekanan bagi mereka? Mudah saja sebenarnya. Petani Indonesia selalu ditekan dengan adanya padi dari luar negeri yang notabene lebih murah dari beras lokal, namun kualitasnya berada dibawahnya. Sehingga persaingan yang tidak sehat ini menekan para petani.
6. Tekanan Kebijakan
Bantuan yang diberikan kepada petani merupakan buah dari kebijakan pemerintah. Tapi yang terjadi adalah permainan beberapa pihak untuk meraih sebuah keuntungan sepihak dari adanya kebijakan tersebut. Sehingga menyebabkan tidak tersalurkannya bantuan untuk petani secara penuh. Bukan hanya salahnya proses sebuah kebijakan dilaksanakan, kontrol dari kebijakan itu-pun menjadi pertanyaan besar.
Inilah yang menjadi kendala para petani Indonesia yang menyebabkan mereka selalu tertindas dan tertekan.

0 komentar: