Senin, 25 Juli 2011

BUDIDAYA BELIMBING MANIS SECARA AGRIBISNIS


Belimbing manis (Averrhoa Carambola, L) merupakan salah satu komoditas
unggulan di DKI Jakarta. Bentuk pohonnya indah, habitusnya cocok sebagai tanaman pekarangan sempit. Kandungan gizinya cukup tinggi sebagai sumber vitamin A dan vitamin C. Berbagai perbaikan budidaya tanaman ini telah dilaksanakan oleh para petani, namun demikian masih perlu adanya upaya bimbingan dan penyuluhan yang lebih intensif agar produktivitas dan kualitasnya meningkat.



Belimbing manis cocok ditanam pada lahan pekarangan sempit di perkotaan atau di
pemukiman perumahan sederhana di pinggiran kota seperti terdapat di sekitar Jabotabek.
Bentuk pohon yang rindang dengan tajuk pohon tidak terlalu besar, dapat berfungsi
sebagai pohon pelindung sekaligus menghasilkan buah. Bahkan di depan teras tanaman
dapat ditanam dalam pot atau drum bekas. Besar tajuk pohon, bentuk tajuk, tinggi
tanaman dan percabangan mudah diatur sesuai dengan keinginan pemiliknya. Meskipun
pemeliharaan tanaman diarahkan untuk habitus kecil atau sedang, tanaman masih dapat
berbuah. Biasanya tanaman telah berbuah dua tahun setelah ditanam apabila bibit berasal
dari okulasi atau sambung pucuk. Kegemaran memiliki pohon belimbing disekitar rumah
didukung pula oleh ukuran buahnya yang cukup besar dengan bentuk dan warna yang
kontras diantara daun-daun yang rimbun, dan bisa berbuah hampir sepanjang tahun.
Nilai gizinya-pun cukup baik, bila dibandingkan dengan beberapa buah-buahan
yang banyak dikonsumsi terutama sebagai cumber vitamin C,


Dengan mengkonsumsi satu buah belimbing berukuran sedang dengan berat
sekitar 200 gram, telah tercukupi kebutuhan vitamin C bagi seorang dewasa sehari, yaitu
sebanyak 70 mg. Pada scat harga jeruk manis atau jenis buah import melonjak harganya
seperti saat depresiasi rupiah, kebutuhan akan vitamin C dapat disubsitusi dengan
belimbing.
.
PROSPEK AGRIBISNIS
Pengembangan usaha tani pekarangan sempit secara komersil dengan menanam
potion belimbing cukup kompetitif. Khususnya untuk konsumsi segar bag] penduduk DKI
Jakarta yang berjumlah sekitar 9 juta jiwa (1996), pemasaran masih terbuka, karma
produksi buah lokal baru pada tingkat 20% dari total kebutuhan.
Ditinjau dari segi agribisnis, menanam potion belimbing di pekarangan cukup
menguntungkan. Satu potion belimbing yang berumur 5 tahun dapat menghasilkan buah
sekitar 600 buah pertahun. Bahkan apabila pemeliharaan tanaman dilakukan dengan balk,
serta pembungkusan buah dilakukan terus menerus, produksi dapat mencapai 900 buah
per potion setahun. Bila harga belimbing ukuran sedang (200 gr) berharga Rp. 1000/buah
dl lokasi petani, berarti satu potion belimbing menghasilkan Rp. 600.000 per tahun.
Bila biaya pupuk, pemeliharaan dan pembungkusan buah mencapai Rp.
100.000/tahun, dan pemeliharaan mencapai Rp. 100.000,. pertahun, berarti sate pohon
menyumbangkan pendapatan petani sebanyak Rp. 500.000, per tahun/pohon. Disamping
dikonsumsi segar, nilai tambah buah belimbing dapat ditingkatkan melalui industri rumah
tangga dengan diolah menjadi sari buah, sirup, jam dan manisan belimbing.
Dari segi pemasaran, khususnya di wilayah DKI Jakarta sarana cukup tersedia,
mulai dari pasar tradisional sampai pasar swalayan yang menghendaki kualitas prima
dengan penampilan dan pengemasan yang menarik. Buah dapat dipasarkan langsung
setelah dipetik, karma penanaman dekat dengan lokasi pemasaran, sehingga buah masih
dalam keadaan segar. Demikian pula sortasi sekaligus dapat dilakukan segera setelah
panen. Buah yang berkualitas terbaik, dapat dipasarkan dl swalayan, sedangkan yang
lainnya diolah untuk sirup dan lainnya, atau dijual di pasar tradisional.
Pengembangan program agrowisata, merupakan salah satu kesempatan yang
sangat balk pula bagi pemasaran hasil, balk buah segar maupun produk olahan belimbing.

PERSYARATAN IKLIM
Menurut N.I. Vavilov, belimbing manic tergolong tanaman tropic yang berasal dari
India, kemudian menyebar ke berbagai negara tropic seperti Malaysia dan Indonesia. Dl
Demak, menurut Rumphius belimbing telah dibudidayakan sebelum tahun 1892. Di
Jakarta, belimbing beradaptasi dengan balk. Penyebaran terutama di wilayah Jakarta
Selatan yang sebagian besar lahan jenisnya Latosol. Keberhasilan pertumbuhan dan
produksi dipengaruhi pula oleh curah hujan, sinar matahari, dan angin. Curah hujan
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan buah. Bila curah hujan terlalu tinggi, bungs
akan gugur. Di DKI Jakarta curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari
(Tabel 2). Musim panen rays belimbing biasanya terjadi pada bulan Desember dan April -
Mei, figs bulan sebelumnya yaitu pada fase berbunga, intensitas curah hujan tidak terlalu
tinggi. Bila tanaman dapat diairi dengan cukup, belimbing diharapkan dapat berbuah pada
bulan September, meskipun pada cara berbunga jatuh pada musim kemarau.
Unsur iklim yang sangat mempengaruhi produksi buah adalah cahaya matahari.
Belimbing men butuhkan sinar matahari langsung untuk berproduksi dengan baik. Bila
daun terlalu rimbun, perlu dibuang tunas-tunas yang tidak produktif, agar cahaya dapat
menembus tajuk pohon. Produksi buah akan berkurang, apabila terjadi angin kencang,
yang menyebabkan buah muda gugur.

VARIETAS
Kultivar yang disenangi petani DKI Jakarta, adalah varietas Dewi. Pohon induk
varietas ini milik PT. Dewi Jaya, terletak di Jalan Raya Hankam, Pondok Gede Bekasi, dan
telah dikukuhkan sebagai varietas unggul belimbing untuk DKI Jakarta, pada tahun 1998.
Pohonnya rimbun, dawn berwarna hijau tua, anak daun berbentuk oval. dengan ujung
runcing. Buah ukurannya besar, panjang 10 - 15 cm, berat buah rata-rata 250 - 350 gram.
Buah masak berwarna merah jingga, mengkilat, terdiri 5 belimbingan. Belimbingnya tebal,
dengan pinggirannya berwarna hijau. Petani di wilayah Jagakarsa membungkus buah
belimbing dengan kertas karton bekas, sehingga warna hijau pada pinggiran berubah
menjadi kuning. Bila telah matang penuh, rasa buahnya manis dan menyegarkan, tetapi
sewaktu masih muda rasanya asam dan sepet.
Di sentra produksi belimbing di Jakarta Selatan, dikenal pula Kultivar Dewa. Bentuk
buah lama dengan kultivar Dew], tetapi bentuk dan warna daun berbeda, yaitu bentuk
daun ramping dan berwarna hijau muda.
Kultivar lain yang banyak dibudidayakan di Jakarta adalah kultivar Paris. Demak
dan Sembiring. Varietas Paris, buahnya lebih kecil dibandingkan varietas Dewi, warna
buah masak kuning agak pucat, rasa buah manic walaupun belum matang penuh,
sedangkan periode berbunga sampai buah masak lebih pendek (75 hari). Terdapat pula
varietas yang buahnya sangat manis, sehingga disebut belimbing gula pasir, namun belum
banyak dibudidayakan.

BUDIDAYA
1. Bibit
Petani menginginkan tanamannya cepat berbuah, balk tanaman pot maupun
ditanam di lapangan. Oleh karena itu biasanya petani menanam bibit yang berasal dari
okulasi. Sebagai batang bawah, biji diambil dari buah yang telah masak penuh. Setelah
ditanam di lapangan atau pada pot atau polybag selama 6 - 8 bulan, biasanya ukuran
diameter batang sudah lebih besar dari sebesar pencil, dan slap untuk diokulasi. Okulasi
diambil dari varietas yang produksi dan kualitas buahnya lebih balk misalnya varietas
Dew], Dewa, Demak dan lain sebagainya, dari pohon yang telah berbuah atau berumur
lebih dari 3 tahun. Biasanya okulasi dilakukan pada ketinggian 10 cm dari leher akar, agar
mudah mendeteksi pertumbuhan cabang yang berasal dari okulasi.
Satu tahun setelah okulasi, bibit slap dipindahkan ke pot yang lebih besar atau ke
lapangan. Selain okulasi, bibit dapat berasal dari cangkokan, enten, maupun cara
penyusunan, namun cara yang paling praktis tampaknya adalah cara okulasi.
2. Penanaman
Penanaman dalam pot atau drum bekas. Pot diberi lobang pembuangan air pada
dasarnya, kemudian diletakkan tumpukan pecahan bata. Selanjutnya pot diisi dengan
media tumbuh yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang dan pasir atau sekam
dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Oleh karma di Jakarta Bering terdapat serangan rayap,
maka disekitar lobang penanaman, media dicampur dengan Furadan atau Curater - 3G,
sebanyak ± 20 gr untuk ±5 kg campuran media. Bibit yang tersedia di lapangan terlebih
dahulu digali tanah di sekeliling pohon sekitar ± 10 cm dari pangkal batang sedalam ± 20 -
30 cm, agar sebagian besar volume akar tidak terpotong. Pemindahan ke pot dapat
dilakukan pada sore hari. Selesai dipindahkan tanaman disiram dengan air.
Bila penanaman dilakukan langsung di pekarangan, satu bulan sebelum
penanaman, telah dipersiapkan lobang tanaman. Ukuran lobang ± 60 x 60 x 60 cm.
Setelah dua minggu masukkan lebih dahulu tanah bagian bawah, dan selanjutnya lapis
alas diisi dengan campuran seperti pot. Setelah satu minggu, barulah tanaman dari
pembibitan dipindahkan ke lobang yang telah kita siapkan. Tanaman yang bare
dipindahkan disiram setiap sore, bila tidak turun hujan.
3. Pemupukan
Pemupukan pertama di lapangan maupun di pot dilakukan bersamaan tanam atau
paling lama 30 hari setelah bertanam. Pemberian pupuk sebanyak 0,25 kg pupuk NPK
ditambah 1 sendok makan Furadan atau Curater - 3G, dengan cara ditaburkan
mengelilingi bibit dengan diameter ± 10 cm dari bibit.
Pemupukan diberikan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir musim
penghujan, masing-masing 1/2 dosis tersebut di alas. Cara pemberian pupuk dengan
menaburkan ke dalam pant sedalam 20 cm mengelilingi pohon dengan diameter sesuai
dengan diameter tajuk pohon, kemudian ditutup tanah.
4. Pemangkasan
Pemangkasan pada belimbing sangat diperlukan untuk pembentukan tajuk,
memudahkan panen dan merangsang pembungaan dan pembesaran buah. Berdasarkan
tujuan dan waktu pelaksanaannya, terdapat tiga macam pemangkasan, yaitu
pemangkasan untuk membentuk pohon, pemangkasan cabang dan ranting yang tumbuh
tidak beraturan, serta pemangkasan untuk meremajakan tanaman yang telah tua.
4.1. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan untuk pembentukan pohon, dilakukan pada tanaman
yang belum produktif, berumur 2 - 3 tahun. Tujuannya untuk membentuk
percabangan secara teratur dan mencegah pertumbuhan pohon meninggi.
Dengan demikian akan mempermudah pembungkusan buah pada scat
panen.
Ujung batang utama dipotong pada ketinggian 1,5 - 2 meter dari
permukaan tanah. Biarkan 3 - 4 cabang primer yang subur dan what tumbuh
memanjang. Pada pertumbuhan selanjutnya, Ujung cabana primer tadi
dipotong dengan menyisakan sepanjang 30 - 50 cm. Selanjutnya, setelah
tumbuh tunas pada cabang primer (disebut cabang sekunder), dibiarkan
tumbuh 2 - 3 cabang sekunder. Setelah tumbuh, dipotong pucuknya dengan
menyisakan sepanjang 30 - 50 cm. Setiap kali pemangkasan, permukaan
cabang diusahakan miring untuk mencegah pembusukan cabang. Dengan
demikian akan diperoleh bentuk tajuk pohon yang melebar, dengan
percabangan yang teratur.
4.2. Pemangkasan Cabang dan Ranting
Pemangkasan tunas yang tumbuh di pangkal dan tengah cabang
serta Ujung ranting dilaksanakan secara terus menerus, setup 1 - 2 bulan.
Tujuannya agar sinar matahari dapat memasuki mahkota tajuk, sehingga
mengurangi kelembaban. Disamping itu juga untuk meningkatkan manfaat
penggunaan bahan makanan untuk menghasilkan pertumbuhan dan buah
yang lebih besar.
4.3. Pemangkasan untuk Peremajaan
Pemangkasan ini biasanya dilaksanakan pada pohon berumur lebih
dari 10 tahun, yang produksinya mulai menurun. Batang utama dipotong
miring pada ketinggian 60 - 70 cm dari permukaan tanah. Pengaturan
cabang-cabang yang tumbuh baru, mengikuti cara-cara pemangkasan
bentuk.
Adakalanya, bersamaan dengan peremajaan ingin dilakukan
penyambungan secara okulasi dengan kultivar yang lebih baik dari pohon
pangkal. Hal ini dapat dilakukan mengingat sifat regenerasi dan rekombinasi
pada belimbing sangat baik. Bahkan, rekombinasi beberapa kultivar secara
okulasi pada satu pohon pangkal dapat dilakukan.
5. Pembungkusan Buah
Pembungkusan buah bertujuan untuk melindungi buah dari serangan lalat buah
serta meningkatkan kualitas buah. Lalat buah dapat menimbulkan kerugian sampai
100%. Serangga memakan berbagai jenis tanaman, sehingga pada lokasi dengan
pelbagai pohon buah-buahan seperti nangka, jambu biji, rambutan, pisang dan
sebagainya, serangga terdapat hampir sepanjang tahun.
Lalat betina meletakkan telur dalam daging buah. Larvanya akan menghisap cairan
buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur. Pembungkusan buah dilakukan pada saat
ukuran buah sebesar jempol jari tangan. Dalam satu rangkaian, dipilih sate buah yang
bentuk dan pertumbuhannya terbaik. Bahan pembungkus berupa dua lapis karbon bekas
yang ujung dan pangkalnya diikat tall. Belimbing yang dibungkus dengan bahan ini
penampilannya sangat menarik, warns buahnya cerah. Belimbing Dewi akan berwarna
kuning orange dan mengkilat, sedangkan pinggiran belimbingan akan berwarna kuning.
Penampilan buah bersih dan menarik, bebas dari pencemaran. Kelemahannya,
kematangan buah sulit dideteksi. Bahan pembungkus lain, adalah kantong plastik (PE).
Bagian bawah plastik digunting untuk mencegah kelembaban tinggi. Dapat pula digunakan
daun pisang keying, tetapi bahan ini sulit diperoleh di Jakarta.
6. Pencegahan dan Pemberantasan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Hama yang sangat merugikan adalah lalat buah (Bractocera dorsalis). Hama ini
menyerang buah sejak muda sampai masak. Lalat betina meletakkan telur ke dalam
daging buah. Buah yang terserang tampak berbentuk bulatan hitam dan membusuk, di
dalamnya terdapat larva yang menghisap cairan buah, akhirnya buah akan gugur. Di
permukaan tanah, kepompong berkembang menjadi generasi lalat yang haru.
Cara pencegahan adalah dengan membungkus buah, serta sanitasi kebun. Buah
yang gugur dimusnahkan. Selain itu petani biasanya melakukan pengasapan untuk
mengusir berbagai OPT. Alternatif lain adalah dengan menggunakan perangkap attraktan
Metil Eugenol, untuk menarik serangga jantan agar terperangkap. Menurut hasil penelitian,
penggunaan minyak melaleuka yang mengandung 76% Metil Eugenol yang diteteskan
sebanyak 0,5 ml pada kapas dalam perangkap, dengan interval waktu 2 minggu sekali,
cukup efektif untuk menurunkan akibat serangan lalat buah sebesar 10%. Skema
perangkap lalat buah terdapat pada Lampiran.
Hama lain yang sering merugikan adalah ngengat dari famili Pyralidae.
Kupu-kupunya berwarna putih belang-belang hitam. Ngengatnya mencari makan pada
malam hari. Telur diletakkan didalam buah dengan cara mengeruk daging buah. sekaligus
memakannya. Cara pencegahannya dengan membungkus buah.
7. Panen
Untuk mendapat kualitas buah yang balk, buah dipanen setelah masak penuh. Cara
panen terbaik adalah pemetikan dengan cara memanjat pohon atau menggunakan
tangga. Pemetikan harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat daging buah lunak,
mudah memar dan bila luka akan berwarna kecoklatan. Buah dipanen dengan
menggunting tangkai buah, tanpa membuka bungkus buah. Kemudian buah diletakkan
secara hati-hati di dalam ruangan yang beratap, untuk penanganan pasca panen. Bila
keadaan musim normal, selama 1 tahun dapat dilakukan 3 kali panen. Produksi buah
mencapai 600 - 900 buah per pohon/tahun dengan berat buah rata-rata 250 - 300 gram.

PASCA PANEN
Pemasaran belimbing di DKI Jakarta cukup cerah. Belimbing dijual sejak dari
pinggiran jalan, pasar tradisional, sampai pasar swalayan. Setiap sarana pemasaran,
menuntut kualitas sesuai dengan harga dan selera konsumen. Produksi belimbing di DKI
Jakarta sebaiknya diarahkan untuk konsumen yang menuntut kualitas tinggi, sehingga
harga jualnya tinggi. Untuk memproduksi buah yang berkualitas, maka perlakuan pra
panen, penanganan pasca panen, mulai dari sortasi, grading sampai pengemasan perlu
dilakukan secara intensif. Pada saat penulisan naskah ini, bulan Oktober 1998, harga satu
buah belimbing berkualitas tinggi di lokasi petani Rp. 1200/buah, sedangkan harga di
pasar swalayan mencapai Rp. 2000/buah.
1. Sortasi dan Grading
Segera setelah panen pada ruangan yang beratap dengan sirkulasi udara yang
balk, bungkus buah dibuka dengan hati-hati. Buah yang rusak secara mekanis maupun
gangguan OPT, dipisahkan. Hanya buah yang minus yang dipasarkan segar. Setelah itu,
buah dikelompokkan menurut ukuran dan fase masak. Buah dengan ukuran besar
(250-300 gr) dan fase masak penuh, dipisahkan untuk penjualan ke pasar swalayan.
Selama 24 jam dapat terjadi sedikit perubahan warna dan rasa. Setelah itu, praktis tidak
terjadi peningkatan rasa manis. Buah yang lebih kecil (150 - 250 gr) dan kematangannya
penuh dapat dipasarkan ke pasar tradisional, sedangkan buah yang lebih kecil, dengan
matang penuh yang tadinya dipisahkan karena kerusakan mekanis maupun gangguan
OPT dapat diproses lebih lanjut untuk sari buah dan sebagainya.
2. Pencucian dan Pengemasan
Buah yang terpilih untuk pasar swalayan dengan hati-hati dicuci satu persatu
dengan air mengalir, kemudian ditiriskan. Bila masih terdapat tetesan air, dilap dengan
tissue yang lembut. Biasanya sejumlah 3 - 4 buah ditaruh di atas wadah Stirofoam,
kemudian dibungkus dengan plastik film. Dengan cara ini penguapan air dari dalam buah
terhambat, sehingga pengerutan buah dapat diperlambat, produk akan kelihatan lebih
menarik dan lebih higienis.
3. Penyimpanan
Belimbing yang telah dikemas dapat disimpan pada ruangan dengan suhu 10 -
15°C selama 7 hari, tanpa menurunkan kesegaran dan kualitas buah. Apabila
penyimpanan pada suhu kamar (30°C), buah akan kelihatan mengkerut dan berwarna
kecoklatan. Sebaiknya penyimpanan pada suhu kamar pada wadah yang telah ditutup
plastik film, tidak lebih dari 3 hari.

0 komentar: